Ayo Ketawa! - Agus menggeber motornya dengan kencang. Maklum ia harus cepat-cepat sampai ke kampung halaman karena ada hal yang sangat mendesak yang menunggunya. Ya, sebuah telpon yang berdering keras tadi sore seolah tak sabaran untuk diangkat, membuat ia langsung berkemas dan menggeber motor tua kesayangannya menuju ke kampung halaman, tentu saja setelah pamit kepada istrinya, Sari.
"Gus, pulanglah Gus! Simbahmu menanyakan kau terus", ibunya menelpon tadi sore.
"Apakah simbah keadaannya makin parah bu?", sahut Agus tak enak. Sudah seminggu ini ibunya memberi kabar kalo simbahnya sakit. Dan ia tahu, kalo ibunya menyuruh pulang, berarti keadaannya tak baik.
"Benar Gus, ia sudah tak mau makan lagi. Cepatlah pulang karena aku khawatir kau tak bisa melihatnya di saat-saat terakhir!", jelas ibunya.
Kalo bukan karena simbahnya, tak akan ia pulang langsung malam itu, minimal menunggu besok pagi. Ia memang cucu yang paling dekat dan paling disayangi oleh simbahnya. Sebenarnya ia sudah merasa tak enak karena semalam ia bermimpi bertemu kakeknya.
"Pulanglah Gus! Simbah kangen kamu", kata sang kakek dalam mimpinya. Namun, sebelum ia sempat menjawab sang kakek, tiba-tiba beliau mundur dan menghilang. Mungkin telpon ibunya inilah jawaban atas mimpinya semalam.
***
"SETAAAN...!!!", maki Agus lantas banting setir dan minggir ke tepi jalan ketika dilihatnya dari arah berlawanan sebuah bus malam melaju kencang tak terkendali seakan dikejar genderuwo. Agus menghentikan motornya sejenak dan mengambil nafas, lantas memperhatikan keadaan sekelilingnya. Dilihatnya berjejer ratusan patok kayu membisu yang tak asing lagi baginya di kiri kanan jalan.
Ah sial, ia berada persis di area kuburan umum di jalur pantura Indramayu. Agus tak takut pada kuburan, tak akan pernah. Sejak bujangan ia sudah kenyang tidur di kuburan bersama kakeknya.
"Agar indera keenam-mu tajam!", begitu kakeknya yang terkenal sebagai orang waskita di desanya itu berkata. Dan karena ia selalu menurut tak seperti cucu-cucunya yang lain, maka ia menjadi cucu kesayangannya. Hal itu tak sia-sia ketika ia berhasil menangkap dua ekor tuyul yang hampir membangkrutkan usaha kakaknya.
Begitu juga ketika ia berhasil menyembuhkan pemilik kontrakan dari serangan santet karena masalah perebutan warisan. Atas jasanya itu, maka ia pun dikawinkan dengan Sari, anak sang pemilik kontrakan yang diam-diam ditaksirnya sejak pertama kali ia ngontrak.
"Ah, sebaiknya aku melanjutkan perjalanan", gumam Agus. Segera ia menstarter motor tuanya. Beruntung sang motor yang terbanting tadi segera hidup meraung memecahkan keheningan malam. Agus kali ini fokus tak mau melamun lagi, takut terjadi hal yang tak diinginkan. Saat ia sedang fokus, tiba-tiba bulu kuduknya merinding dan telinganya yang tajam mendengar sebuah suara.
"Ah sial, aku lupa mengisi perut tadi!", batinnya ketika ia mendengar jeritan cacing-cacing di dalam perutnya. Segera diedarkannya pandangannya dan dilihatnya dari kejauhan nampak sebuah cahaya. "Semoga itu lampu warung, bukan lampu setan tengkur!", batinnya.
Segera ia kesana dan tampak sebuah warung sederhana khas jalur pantura. Warungnya tidak terlalu luas dan hanya menggunakan bilik bambu, tapi Agus tak peduli. Biasanya warung seperti ini malah murah, pikirnya. Segera diparkirkan motornya, lantas dengan segera ia pun hinggap di pintu warung.
Saat ia hendak masuk ke dalam warung, tiba-tiba indra keenam-nya bergetar. "Ada apakah ini gerangan?", pikirnya was-was tak enak. Cuma karena perutnya sudah keroncongan minta diisi, segera saja ia duduk sambil waspada.
"Bu, makan bu...", teriak Agus tak sabar, karena ketika ia masuk, ia melihat sang pemilik warung melihatnya, tapi acuh tak acuh saja.
"Ya, sebentar!", jawabnya. Lantas muncullah seorang perempuan separuh baya. Wajahnya biasa-biasa seperti yang sering ia lihat di jalan-jalan, tak ada yang janggal. Segera saja ia menegur Agus, "Makan mas?"
"Ya, bu...", jawab Agus "Mana mungkin aku mau latihan berkuda di sini?!", batinnya.
Sang pemilik warung dengan cekatan mengambil piring, lantas segera mengambilkan makanan yang dipesan Agus. Ketika ia mengambil sayur di baskom, iseng-iseng Agus melirik ke dalam baskom, takut ada sepotong kepala orang yang mendelik, tapi ternyata yang nampak hanya sayur bayam.
Sambil menunggu, Agus mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Tak tampak orang lain, hanya sunyi sepi dan hawa dingin malam yang menyergapnya. Karena tak ada apa-apa, Agus segera saja makan. Ia mengernyitkan dahi karena masakan itu rasanya hambar dan tak enak. Cuma karena lapar, ia paksakan juga untuk makan.
17 Menit Kemudian...
"Berapa bu, nasi telor sama gorengan satu dan teh manis?", tanya Agus kepada ibu pemilik warung. Agus memang sengaja makan tak banyak-banyak karena ia bawa uang pas-pasan.
"50 ribu", jawab ibu itu.
"Berapa bu?", seru Agus terperanjat, takut ia salah dengar.
"50 ribu. Apa kau tuli?", sentak pemilik warung galak, membuat Agus terkejut.
"Masa nasi, telor sama teh manis 50 ribu bu???", protes Agus tak percaya. Maklum, biasanya ia makan di warteg harganya tak sampai 15 ribu.
"50 ribu, tak kurang dan tak boleh ngutang!", sang pemilik warung tak bergeming dengan muka dingin.
"WARUNG SETAN.....!!!", gerutu Agus. Akhirnya dengan muka kebelet beol, Agus bayar juga tuh makanan keparat sambil bersumpah dalam hatinya, ia tak akan datang ke warung sialan itu lagi. (www.ayoketawa.com)
Singgah Makan Malam di Warung Setan
Ayo Ketawa Gudangnya Humor Indonesia
Kategori Humor
# Humor Horor
Bagikan Humor
Baca humor lainnya :
Terima Kasih telah membaca Humor terbaik di Ayo Ketawa! Gudang Humor Indonesia dengan judul : Singgah Makan Malam di Warung Setan. Anda punya cerita Lucu? Ayo kirim Cerita Lucu Anda melalui Form Kirim Humor
Labels:
Humor Horor